Home Kuliner Siomay Pelangi : Inovasi Kuliner Lokal yang Bertahan Lewat Warna, Rasa, dan...

Siomay Pelangi : Inovasi Kuliner Lokal yang Bertahan Lewat Warna, Rasa, dan Kreativitas

51
0

Jakarta – Bagi Sebagian besar orang Indonesia, siomay itu bukan cuma jajanan pinggir jalan biasa, siomay menjadi bagian dari kenangan kecil yang manis, suasana sore-sore di depan rumah ataupun sekolah yang selalu bikin rindu dan cita rasa yang nempel di lidah tiap generasi. Siomay biasanya disajikan dengan sederhana yaitu adonan ikan tenggiri yang dikukus sampai matang, disiram saus kacang yang gurih, ditambah kecap manis, saus yang pedas, dan perasan jeruk limau yang segar. Hangat, lembut, dan penuh rasa nostalgia yang bikin sebagian orang teringat dengan masa lalu.

Dibalik kesederhanaannya itu, siomay selalu berhasil bikin siapa saja yang mencicipinya pasti jatuh cinta. Rasanya yang gurih dan teksturnya yang kenyal membuat siomay jadi makanan khas Indonesia yang tidak pernah lekang oleh waktu, meski zaman terus berubah. Tapi di tengah banyaknya jajanan modern yang datang silih berganti, siomay tradisional perlahan mulai kehilangan sorotnya dan kurang diminati orang. Sampai akhirnya, muncul seorang pmuda kreatif yang berhasil mengembalikan pesonanya lewat cara yang unik dan tidak biasa, yaitu dengan mewarnai siomay dengan warna Pelangi.

Dia adalah Imam Fauzi, seseorang dibalik merek Siomay Pelangi Yummy, yang sejak tahun 2014 berhasil menciptakan inovasi kuliner lokal dengan tampilan dan filosofi yag benar-benar baru. Bikin orang penasaran. “Nama Siomay Pelangi itu datang dari produk yang saya buat sendiri. Karena siomay nya warna-warni dari sayur dan buah, jadi seperti Pelangi. Dari situ muncul nama Siomay Pelangi Yummy” ujarnya sambil tersenyum.

Warna-warni dari Alam, Bukan dari Pabrik

Imam tidak mengandalkan pewarna buatan. Semua warna yang muncul pada siomaynya berasal dari bahan alami seperti bayam untuk warna hijau, wortel untuk warna oranye, ubi ungu untuk warna ungu, dan buah naga untuk warna merah muda. “Kami pakai pewarna dari sayur dan buah, jadi tetap aman. Warna-warna ini bukan hanya cantik, tapi juga sehat” jelasnya.

Setiap warna mewakili karakter rasa yang berbeda. Siomay hijau terasa lebih lembut karena bayamnya, siomay oranye sedikit manis dari rasa wortelnya, sementara siomay ungu dan merah muda punya aroma khas dari ubi dan buah naga. Dari semua itu menjadikan satu piring siomay tidak lagi memiliki rasa yang monoton melainkan tampil seperti karya seni kuliner yang menggugah selera.

“Awalnya banyak yang penasaran, bahkan ada yang ragu karena warnanya mencolok. Tapi begitu dicoba, mereka bilang rasanya tetap enak, malah jadi lebih segar” kenang Imam.

Selain menarik secara visual, penggunaan bahan alami juga meningkatkan nilai gizi siomay. Kandungan vitamin, antioksidan, dan serat dari sayur dan buah berpadu dengan protein ikan menjadikan Siomay Pelangi bukan hanya lezat tetapi juga bergizi.

Awal Mula dari Ide Sederhana

Perjalanan usaha ini dimulai tahun 2014, waktu Imam lagi nonton televisi dan lihat liputan tentang mie ayam warna-warni yang lagi viral. Pada saat itu juga kebetulan Imam lagi ikut program “Gemar Makan Ikan” dari Kementerian Kelautan dan Perikanan yang menantang peserta buat ciptain produk olahan ikan dengan konsep unik dan inovatif.

“Saya kebetulan ikut program dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Nah, dari situ diminta bikin produk dari ikan tapi harus unik. Saya pikir, kenapa nggak bikin siomay yang konsepnya kayak mie ayam warna-warni itu? Kan siomay juga dari ikan,” ceritanya.

Tanpa latar belakang kuliner, Imam belajar dari nol. Ia menonton video resep, mencoba berbagai adonan, saat gagal pun semangatnya tak padam. Ia percaya, sebuah produk kuliner yang baik tidak hanya harus enak, tapi juga punya cerita dan keunikan. “Saya nggak punya background kuliner. Awalnya malah saya ambil produk dari orang lain dulu, baru setelah tahu pasarnya ada, saya belajar bikin sendiri. Belajarnya dari YouTube dan tanya-tanya orang juga,” ungkapnya jujur.

Menjaga Rasa Tradisional dengan Sentuhan Modern

Meski tampil dengan warna mencolok, Siomay Pelangi tetap mempertahankan cita rasa khas siomay Bandung: gurih, lembut, dan nikmat saat berpadu dengan saus kacang. Bumbu kacangnya dibuat kental dan harum, berpadu sempurna dengan adonan siomay yang kenyal.

Ia percaya bahwa rahasia bertahan di dunia kuliner adalah menjaga keseimbangan antara tradisi dan inovasi. Inovasi membuat orang penasaran, sementara rasa tradisional membuat orang kembali lagi. “Banyak yang datang karena warnanya unik, tapi yang bikin mereka beli lagi ya karena rasanya” ujarnya sambil tersenyum.

Dari Event Kampus ke 13 Cabang Usaha

Langkah awal promosi Siomay Pelangi dilakukan lewat event-event sekolah, kampus, sampai acara musik. Imam aktif bikin stan kecil buat kenalin produknya. Waktu itu, media sosial belum seaktif sekarang. Facebook dan Friendster memang ada, tapi lebih sering dipakai buat pribadi, bukan bisnis.

“Tahun 2014 itu sosial media belum seaktif sekarang. Jadi strategi promosi waktu itu ya ikut event. Dari situ banyak orang yang tahu dan akhirnya diliput juga sama media cetak kategori lifestyle” jelasnya.

Upaya itu membuahkan hasil. Siomay Pelangi perlahan dikenal masyarakat dan berkembang cepat. Dalam beberapa tahun aja, Imam berhasil buka 13 cabang dengan 17 karyawan. Kesuksesan itu nggak cuma naikin kesejahteraan dirinya, tapi juga berdampak ekonomi buat masyarakat sekitar. “Waktu sebelum pandemi, kita punya 13 cabang dan 17 karyawan. Jadi ada 17 orang yang terbantu lewat usaha ini. Buat saya, itu pencapaian besar” tuturnya dengan nada haru.

Pandemi dan Ujian Ketahanan

Tapi kesuksesan itu nggak datang tanpa ujian. Pandemi COVID-19 jadi masa paling berat buat Siomay Pelangi. Kebanyakan cabang di sekolah dan kampus yang harus tutup selama PSBB, jadi penjualan turun drastis. “Pandemi jadi masa paling berat. Hampir semua cabang tutup karena lokasi kita banyak di sekolah dan kampus. Dari 13 cabang, tersisa dua aja yaitu SMAN 65 Jakarta dan SMAN 7 Benhil” kenang Imam.

Meski sempat terpukul, Imam nggak mau nyerah. Dia mulai cari strategi baru biar usaha tetap jalan. Salah satunya jual produk frozen food (siomay beku) yang 1 bungkus nya dijual dengan harga 38ribu dan memanfaatkan media sosial buat promosi. Dia mulai aktif di Instagram dan Facebook (@PelangiYummy) buat jangkau pelanggan secara digital.

“Kita mulai manfaatkan Instagram dan Facebook buat promosi. Apalagi anak muda sekarang kan aktifnya di sana. Jadi kita ubah gaya promosinya biar lebih menarik,” jelas Imam.

Langkah itu bikin Siomay Pelangi perlahan bangkit. Sekarang, meski cabang berkurang, penjualannya tetap stabil karena banyak pelanggan setia yang terus beli, baik langsung maupun online.

Inovasi Sebagai Kunci Bertahan

Buat Imam, dunia kuliner itu dunia yang cepat banget berubah. Makanan yang viral hari ini bisa hilang dalam hitungan minggu. Karena itu, dia tekankan bahwa inovasi adalah kunci buat bertahan. “Di dunia kuliner, produk life cycle-nya pendek banget. Hari ini viral, besok udah ganti. Jadi harus terus berinovasi, nggak bisa berhenti di satu momen” tegasnya.

Buat jaga produknya tetap relevan, Imam terus update kemasan dan strategi jualan. Dia kemas Siomay Pelangi dengan desain lebih modern, pakai kemasan praktis yang ramah lingkungan, serta sesuaikan dengan gaya anak muda sekarang, yang Imam berikan harga 1 porsinya adalah 15ribu.

Selain itu, dia juga aktif ikut event kuliner yang relevan dengan target pasar. Baginya, tampil di depan konsumen muda adalah salah satu cara efektif jaga eksistensi merek.

“Sekarang fokusnya bukan cuma jualan, tapi gimana kita bisa tetap nyambung sama pasar anak muda. Jadi harus kreatif terus,” ujarnya.

Dampak Sosial dan Harapan Baru

Lebih dari sekadar bisnis, Imam lihat Siomay Pelangi sebagai wadah pemberdayaan masyarakat. Imam bangga karena lewat usahanya, ia pernah bantu banyak orang dapat kerja dan penghasilan tetap. “Saya anggap ini bukan cuma bisnis, tapi juga tanggung jawab sosial. Dulu ada 17 orang yang kerja bareng saya. Sekarang memang tinggal tiga karena pandemi, tapi saya yakin pelan-pelan bisa bangkit lagi” ucapnya dengan nada optimis.

Buat Imam, Siomay Pelangi bukan cuma produk kuliner, tapi bukti nyata bahwa inovasi lokal bisa bersaing di tengah tren global. Dia harap produk ini bisa terus berkembang dan jadi inspirasi buat pelaku UMKM lain buat berani berkreasi.

Pesan untuk Generasi Muda

Di akhir pembicaraan, Imam kasih pesan sederhana tapi bermakna buat anak muda yang mau mulai usaha. Menurutnya, langkah pertama itu yang paling penting nggak perlu nunggu semua hal sempurna buat mulai. “Banyak anak muda sekarang yang overthinking. Padahal usaha itu dijalani aja dulu. Nanti sambil jalan bisa belajar dan diperbaiki” ujarnya.

Dia tekankan bahwa keberanian dan konsistensi adalah kunci buat berkembang. Kesuksesan Siomay Pelangi bukan datang dalam semalam, tapi hasil kerja keras dan semangat pantang menyerah selama bertahun-tahun. “Saya mulai dari nol, tanpa pengalaman kuliner. Tapi karena mau belajar, akhirnya bisa seperti sekarang. Yang penting berani mulai dan jangan mudah menyerah” katanya memberi motivasi.

Penutup

Kisah Muhammad Imam Fauzi dan Siomay Pelangi Yummy adalah bukti nyata bahwa kreativitas bisa ubah hal sederhana jadi luar biasa. Dari ide lihat mie ayam warna-warni di TV, lahir inovasi kuliner lokal yang sekarang dikenal luas.

Lebih dari sekadar makanan, Siomay Pelangi adalah simbol inovasi, ketekunan, dan semangat wirausaha muda Indonesia. Dengan warna-warninya yang cerah, ia hadirkan pesan bahwa bisnis yang dijalanin dengan niat baik, rasa cinta, dan kreativitas akan selalu nemu jalannya buat bertahan.

“Jangan takut mulai. Kadang ide kecil bisa jadi sesuatu yang besar kalau kita seriusin” tutup Imam dengan senyum hangat.

Intan Aprilia Rahayu (2371510401)