Perpaduan Budaya China, Melayu, dan Nusantara dalam Satu Meja Bulat

Gading Serpong, Senin (13 Oktober 2025) — Di tengah maraknya restoran bergaya modern yang menjamur di kawasan Gading Serpong, ada satu tempat yang tetap mempertahankan keaslian dan kehangatan budaya oriental dalam setiap sajiannya. Restoran HaiPin, yang sudah dikenal di kalangan pecinta kuliner Tionghoa, menghadirkan pengalaman bersantap yang bukan hanya soal rasa, tetapi juga tentang budaya, filosofi, dan kebersamaan keluarga.

Kami berkesempatan berbincang dengan Rachmat Satrio, salah satu karyawan yang sudah cukup lama bekerja di HaiPin. Dari percakapan hangat di siang itu, ia menceritakan bagaimana restoran ini berhasil menjadi salah satu destinasi kuliner favorit di kawasan Tangerang, terutama bagi mereka yang merindukan cita rasa autentik Chinese food namun ingin menikmatinya dalam suasana ramah keluarga dan pastinya halal.

Ciri Khas HaiPin: Perpaduan Tiga Budaya

Menurut Rachmat, keunikan utama restoran HaiPin terletak pada perpaduan budaya China, Peranakan, dan Melayu, yang diramu dengan harmonis tanpa menghilangkan keaslian cita rasa Tionghoa.

“Ciri khas utama dari restoran HaiPin ini adalah perpaduan antara budaya China, Peranakan, dan Melayu tanpa menghilangkan keautentikan dari Chinese food itu sendiri. Kita ingin mengenalkan rasa unik makanan khas China yang bisa dinikmati semua orang,” jelasnya.

Pendekatan ini membuat HaiPin menonjol dibandingkan restoran sejenis. Bila sebagian besar restoran China di Indonesia masih mempertahankan gaya klasik dan bahan non-halal, HaiPin justru memilih jalur inklusif: menyajikan Chinese food halal agar semua kalangan bisa menikmatinya tanpa khawatir.

Hasilnya? Banyak pelanggan yang datang bukan hanya untuk makan, tetapi juga untuk merasakan pengalaman kuliner lintas budaya yang kaya akan sejarah dan makna.

Menu Favorit: Steam Hongkong dan Chili Crab yang Bikin Ketagihan

Tidak lengkap membicarakan HaiPin tanpa menyebut dua menu andalan yang paling banyak dipesan pengunjung: Ikan Steam Hongkong dan Chili Crab.

“Untuk menu best seller kita itu ada ikan steam Hongkong atau biasa dikenal dengan steam soya atau kecap asin,” ujar Rachmat.
“Ikan yang kita pakai itu ikan kerapu macan yang fresh, jadi dagingnya lembut dan empuk. Kuah kecap asinnya itu pas banget — gurih, manis, dan sedikit asin — cocok banget dimakan bareng ikannya.”

Menu kedua yang tak kalah populer adalah Chili Crab, kepiting dengan saus Singapura bercita rasa asam manis pedas yang menggugah selera.

“Biasanya customer kita juga pesan mantao goreng untuk dimakan bareng saus Singapurnya. Kombinasinya itu yang bikin nagih banget,” tambah Rachmat sambil tersenyum.

Kedua menu ini menjadi favorit bukan tanpa alasan. Selain karena bahan segar dan teknik masak yang presisi, penyajiannya juga dilakukan dengan penuh perhatian terhadap detail — mulai dari suhu kukusan hingga konsistensi saus yang diaduk perlahan. Semua dilakukan untuk menjaga kualitas rasa yang menjadi kebanggaan HaiPin.

Inovasi Kuliner: Cita Rasa China dalam Balutan Nusantara

Rachmat juga mengungkapkan bahwa HaiPin tak berhenti pada keautentikan saja, tetapi juga berani berinovasi. Mereka menyesuaikan beberapa elemen cita rasa agar lebih bisa diterima oleh lidah masyarakat Indonesia.

“Untuk makanan-makanan kita, juga menggabungkan elemen nusantara yang bisa dinikmati semua kalangan. Di HaiPin semua makanan halal, jadi cocok untuk teman-teman yang tidak bisa mengonsumsi makanan non-halal,” katanya.

Langkah ini menjadi bukti bahwa kuliner tidak harus dikotak-kotakkan berdasarkan asal budaya. Justru, melalui inovasi yang menghargai kearifan lokal, makanan bisa menjadi jembatan antarbudaya. Dengan tetap mempertahankan teknik masak khas Tiongkok — seperti kukus, tumis cepat (stir fry), dan rebus — HaiPin menambahkan bumbu serta rempah lokal untuk memperkaya aroma dan cita rasa.

Perpaduan inilah yang menjadikan setiap hidangan di HaiPin terasa akrab di lidah Indonesia, namun tetap menghadirkan sensasi oriental yang kental.

Target Utama: Suasana Kekeluargaan

HaiPin tidak hanya menjual makanan, tetapi juga menjual suasana. Rachmat menjelaskan bahwa target utama restoran ini adalah keluarga — mulai dari anak-anak hingga kakek-nenek.

“Untuk target utama pelanggan kita ini lebih ke keluarga. Tempat kita dekorasinya sangat family friendly, cocok banget buat ajak oma opa makan bareng keluarga besar,” ujarnya.

Suasana kekeluargaan itu terlihat jelas sejak pertama kali pengunjung melangkah masuk. Ruangannya luas dengan meja-meja bundar besar — simbol kebersamaan dalam budaya Tionghoa. Tak heran, restoran ini sering menjadi pilihan untuk makan malam keluarga besar, reuni, hingga acara perayaan kecil.

Desain Interior dan Nuansa Oriental

Salah satu daya tarik utama HaiPin adalah interiornya yang kental dengan nuansa Tiongkok klasik.

“Untuk menciptakan suasana seperti sedang makan di China, kita mendesain meja bulat besar yang di tengahnya ada kaca putar. Selain itu, di dinding dan atap kita pasang ornamen-ornamen budaya China dan beberapa tulisan Mandarin,” jelas Rachmat.

Dari lampion merah yang menggantung di langit-langit hingga hiasan kaligrafi emas di dinding, setiap detail desain diatur untuk memberikan pengalaman visual yang otentik. Sementara itu, musik lembut bernuansa oriental mengalun di latar belakang, memperkuat atmosfer nostalgia seperti sedang makan di Shanghai atau Beijing.

“Desain interior dan musik itu sangat berpengaruh dalam pengalaman pelanggan bersantap di sini,” tambahnya. “Karena dengan itu, kita bisa menciptakan vibes seperti makan di tempat-tempat yang ada di China.”

Yu Sheng dan Sangjit: Filosofi di Balik Hidangan

Tidak berhenti di menu harian, HaiPin juga dikenal karena selalu ikut merayakan berbagai festival Tionghoa, terutama Imlek dan upacara Sangjit.

“Kita menyediakan pelayanan khusus untuk lamaran dengan budaya China, atau biasa disebut Sangjit,” tutur Rachmat.
Selain itu, ada satu hidangan istimewa yang selalu disiapkan menjelang Tahun Baru Imlek, yaitu Yu Sheng. Hidangan ini bukan sekadar makanan — ia adalah simbol harapan dan keberuntungan.

Yu Sheng terdiri dari irisan sayur dan buah segar, ikan mentah seperti salmon atau tuna, serta berbagai bumbu khas China. Namun yang membuatnya istimewa adalah ritual penyajiannya.

“Saat menyajikan Yu Sheng, kita ikut berpartisipasi dengan memberikan pujian-pujian seperti tachi tali, wan se lu yi, wufu ling men, tian tian mimi, nian nian yo yi, pien thi hwang in,” jelas Rachmat antusias.
“Ketika menyebut kalimat itu, kita juga mengikuti proses menuangkan bumbu, buah, dan sayurannya. Di akhir, pelanggan akan mengucapkan Gong Xi Fa Cai dan bersama-sama mengaduk setinggi-tingginya, karena mereka percaya semakin tinggi mengaduk, semakin banyak rezeki yang datang.”

Ritual ini menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi pelanggan yang ingin merasakan tradisi Tionghoa dalam suasana hangat dan penuh makna. Tidak sedikit pula keluarga non-Tionghoa yang ikut memesan Yu Sheng karena tertarik dengan nilai filosofis dan kebersamaan yang terkandung di dalamnya.

Melestarikan dan Menginspirasi

Di akhir wawancara, Rachmat menyampaikan harapan sederhana: agar restoran HaiPin terus menjadi tempat di mana orang bisa menikmati makanan lezat sekaligus belajar menghargai keberagaman budaya.

“Kita pengin terus ngenalin rasa China yang autentik, tapi tetap bisa diterima semua kalangan. Jadi bukan cuma makanannya yang enak, tapi juga bisa mempererat hubungan keluarga dan teman,” ungkapnya.

Dengan konsep kuliner yang inklusif, HaiPin berhasil mematahkan anggapan bahwa Chinese food hanya bisa dinikmati oleh kalangan tertentu. Restoran ini membuktikan bahwa kelezatan sejati tidak mengenal batas agama, etnis, atau budaya — asalkan disajikan dengan hati dan niat baik untuk berbagi.

HaiPin di Gading Serpong bukan sekadar tempat makan — ia adalah jembatan budaya yang menghubungkan cita rasa, tradisi, dan kebersamaan. Melalui sentuhan autentik pada setiap masakan, perpaduan budaya yang harmonis, serta pelayanan hangat yang berakar pada nilai kekeluargaan, restoran ini berhasil menjadi salah satu ikon kuliner Tionghoa modern di Indonesia.

Bagi kamu yang mencari pengalaman bersantap penuh makna — bukan hanya di lidah, tetapi juga di hati — mungkin sudah saatnya menjadwalkan makan malam di HaiPin. Siapa tahu, di antara aroma kecap asin dan kepiting saus Singapura, kamu juga menemukan secuil kehangatan budaya yang melekat di setiap sendoknya.

Sinta Amelia Putri (2371510609)