Jakarta, 13 Oktober 2025 – Di tengah gempuran konten cepat di media sosial, ketika atensi publik lebih sering tersita oleh video berdurasi detik, masih ada ruang hangat yang membuat anak muda betah membaca dan berbagi kisah lewat buku. Ruang itu bernama Republik Fiksi, toko buku online yang berhasil memadukan semangat literasi, kreativitas, dan kedekatan emosional dengan pembacanya.
Sebagai toko buku yang tumbuh di era digital, Republik Fiksi tidak hanya menjual buku, tetapi juga menghadirkan ekosistem yang menghidupkan kembali gairah membaca di kalangan Gen Z. Di balik akun media sosialnya yang aktif dan strategi promosinya yang segar, ada orang-orang muda yang bekerja dengan hati salah satunya adalah Priska Maulidya, staf Affiliator Relations yang telah bergabung lebih dari satu tahun.
Tempat Kerja yang Dekat dengan Passion

Priska Maulidya, staf Affiliator Relations Republik Fiksi, tampak fokus bekerja di balik layar toko buku online yang memadukan semangat literasi dan kreativitas anak muda.
Siang itu, di ruang kerja yang dipenuhi tumpukan buku baru dan suasana santai khas tim kreatif, Priska menyambut dengan senyum lebar. “Pas pertama gabung rasanya happy banget, karena bisa keterima di tempat kerja yang sesuai passion,” ujarnya sembari tertawa kecil.
Priska, sosok di balik serunya dunia literasi digital Republik Fiksi, kini bekerja sambil menyalurkan kecintaannya pada dunia menulis dan membaca. Menariknya, ia mengaku dulu bukan pembaca fanatik. “Awalnya biasa aja sama buku, tapi karena sering lihat konten literasi dan tahu ada lowongan di Republik Fiksi, akhirnya aku apply. Eh ternyata cocok banget,” tambahnya.
Bekerja di tempat yang sejalan dengan passion menjadi nilai tersendiri baginya. “Orang-orangnya seru, kerjanya fun, dan suasananya bikin betah,” kata Priska mantap. Jika diminta menggambarkan Republik Fiksi dalam tiga kata, ia tanpa ragu menjawab: asik, keren, semangat.
Lingkungan Kerja yang Penuh Ide dan Energi Muda
Dalam keseharian, kantor Republik Fiksi bukan sekadar ruang kerja, melainkan tempat bertemunya ide dan semangat. Di sana, tim muda berkreasi mengikuti tren, khususnya buku-buku yang tengah viral di TikTok dan Shopee.
“Buku yang lagi viral langsung kita PO, terus sering juga bagi voucher atau promo gratis ongkir. Jadi suasananya tuh hidup banget, rame dan seru,” tuturnya antusias.
Dengan strategi digital yang dinamis, Republik Fiksi mampu merespons tren pasar dengan cepat. Hasilnya, toko buku ini tak hanya menjadi tempat belanja, tapi juga ruang interaksi antara pembaca, kreator, dan penjual yang sama-sama mencintai cerita.
Strategi Unik: ‘Tim Nabung Dulu’ dan Komunitas Kreator Buku
Salah satu inovasi yang membuat Republik Fiksi berbeda adalah sistem “Tim Nabung Dulu”. Program ini memungkinkan pembeli memesan buku pre-order dan membayarnya secara bertahap, bahkan melalui COD.
“Biasanya PO novel itu sampai 30 hari, jadi pembeli bisa nabung dulu sebelum bukunya ready,” jelas Priska.
Dalam kesehariannya sebagai staf Affiliator Relations, Priska menjadi penghubung antara Republik Fiksi dan para kreator konten buku. Ia memantau kerja sama dengan book influencers di TikTok dan Shopee, mengecek performa video, hingga mencari kreator baru yang potensial. “Seru banget sih, apalagi kalau kontennya viral dan jualannya langsung naik,” ujarnya.
Di sinilah kekuatan Republik Fiksi membangun jembatan antara literasi dan dunia digital yang kini menjadi wadah utama anak muda berekspresi.
Tantangan dan Cerita Lucu di Dunia Literasi Digital
Meski tampak menyenangkan, dunia literasi digital juga menyimpan cerita-cerita lucu. Priska menuturkan salah satu pengalamannya yang tak terlupakan.
“Kita udah kirim sample buku buat kolaborasi, eh orangnya tiba-tiba hilang, gak ada kabar sama sekali,” katanya sambil tertawa.
Namun, di balik dinamika itu, Priska menegaskan bahwa pelayanan tetap menjadi prioritas utama. “Pengiriman harus on-time, packing-nya aman, dan customer service kita fast respon banget. Itu yang bikin pembeli percaya,” tambahnya.
Mengenal Pembaca dan Tren Buku Viral di Era #BookTok
Dari data internal dan pengamatannya, mayoritas pembeli Republik Fiksi berasal dari rentang usia 13–30 tahun, generasi yang tumbuh bersama media sosial namun tetap haus akan cerita. “Selera baca mereka beragam banget, dari novel, buku pengembangan diri, sampai buku saham,” jelasnya.
Tren pun berubah cepat di tiap platform. “Kalau di Shopee, novel PO masih paling laku, tapi di TikTok sekarang lagi ramai buku pengembangan diri,” ujarnya. Salah satu judul yang tengah hits adalah Logic vs Feeling, buku yang membahas keseimbangan antara logika dan perasaan, dan kerap wara-wiri di FYP karena bahasanya yang ringan tapi mengena.
Meski banyak yang mengatakan minat baca anak muda menurun, Priska justru melihat sebaliknya. “Anak-anak sekarang suka baca versi digital, kayak AU atau cerita di TikTok. Jadi kalau ada konten #BookTok yang viral, mereka langsung kepo bukunya,” ungkapnya.
Baginya, TikTok justru membuat buku kembali relevan di era digital, karena mengemas literasi dengan cara yang emosional dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Freebies Eksklusif dan Rasa Dekat dengan Pembaca

Freebies eksklusif khas Republik Fiksi mulai dari pembatas buku, postcard jadi daya tarik tersendiri bagi para pembaca setia.
Selain isi cerita dalam buku, Republik Fiksi juga menarik minat pembaca lewat freebies eksklusif mulai dari pembatas buku berlogo “REPUBLIK FIKSI” hingga postcard yang bisa dikoleksi. Bahkan, pembeli yang berhasil mengumpulkan satu set pembatas bisa menukarkannya dengan buku gratis.
“Banyak yang semangat beli lagi karena pengen ngumpulin pembatasnya,” kata Priska sambil tersenyum.
Bagi tim Republik Fiksi, freebies bukan sekadar bonus, tapi bentuk penghargaan kecil untuk pembaca yang telah menjadi bagian dari komunitas.
Komunitas Hangat dan Rasa Nyaman di Balik Layar

Suasana hangat saat wawancara bersama tim Republik Fiksi di ruang kerja yang dipenuhi tumpukan buku mencerminkan semangat literasi yang hidup dan menyenangkan.
Lebih dari sekadar toko buku online, Republik Fiksi telah membangun komunitas yang solid. “Kita sering sharing bareng affiliator, tukeran info buku yang lagi rame, bahkan curhat soal penjualan,” ujar Priska.
Suasana kekeluargaan itulah yang membuat banyak orang betah. “Pembeli juga ngerasa dekat karena kita fast respon banget. Mereka nyaman dan balik lagi beli di sini,” tambahnya.
Republik Fiksi tidak hanya menjual buku, ia menciptakan ruang aman bagi orang-orang yang mencintai cerita, baik sebagai pembaca, penulis, maupun kreator.
Harapan dan Pesan untuk Pembaca
Menutup perbincangan, Priska berharap Republik Fiksi bisa terus tumbuh menjadi rumah besar bagi penulis dan pembaca Indonesia. “Pengen banget nanti ada toko offline-nya, terus makin banyak buku lokal dan asing yang dijual. Doanya sih semoga makin besar dan tetap dekat sama pembacanya,” ujarnya penuh harap.
Sebelum berpisah, ia juga menyampaikan pesan untuk siapa pun yang mungkin sudah lama tidak membaca:
“Buku itu gak sekaku yang kamu pikir. Banyak kok buku yang ringan dan seru. Coba deh mulai dari novel, AU, atau buku yang lagi viral di TikTok. Siapa tahu kamu nemuin cerita yang nyambung sama hidupmu.”
Dan ketika diminta satu kalimat untuk mengajak orang belanja buku di Republik Fiksi, ia menjawab santai namun mengena:
“Jangan cuma scroll katalog-nya, coba checkout satu buku. Siapa tahu kamu jatuh cinta lagi sama baca.”
Sarah Difa Ramadhanvy (2271500452)





